Senin, 01 Desember 2008

Bahagia yang sederhana

Namanya Damas. Umurnya baru empat bulan. Tapi empat bulan pertama hidupnya itu telah memberi lebih banyak kebahagiaan dalam hidupku dibanding sebelum ia datang. Selama ini, ukuran bahagiaku adalah naik gaji, bisa jalan - jalan, atau mendapat hadiah yang bagus. Ukuran yang rasanya dimiliki juga oleh banyak orang lain.

Namun sejak laki - laki kecil ini datang, bahagiaku datang dari hal - hal yang paling sederhana. Saat dia memegangi sendiri kakinya saat nappy time, senyum bahagiaku lahir dengan alami, menghargai keinginan kecilnya untuk membantuku. Atau waktu ia duduk di dalam bak mandi sambil takjub bermain air, hatiku tersentuh bahagia dengan rasa ingin tahunya. Dan saat pulang bekerja, ketika senyumnya merekah melihatku tiba... Sebuah senyum yang seolah bermakna 'I love you, mama...'

Aku tersentak karena bahagia. Bahagia yang sederhana, namun paling sempurna.

Jumat, 21 November 2008

Antara kebutuhan dan keinginan

Waktu lagi demam I Phone, saya bener - bener kepingin banget sama gadget yang satu ini. Padahal, saya bukan penggemar berat produk Apple. Iming - iming bisa puas ber-internet ria menjadi salah satu daya tarik yang utama buat saya waktu itu, disamping teknologinya yang memang lucu dan menarik buat mata.

Maka, sayapun membeli 1 set I Phone, yang demi harga yang lebih murah, dititipkan mama ke seorang teman saat pulang ke Indonesia. yes, I have it!!!! Minggu - minggu pertama memakai I Phone, saya merasa jadi yang paling keren sedunia. Biarpun masih belajar aplikasi - aplikasinya, ditambah latihan ngetik sms yang super sulit, saya merasa puas berganti handphone. Dan seperti tujuan utama saya memilikinya, saya memuaskan diri berinternet ria dengan I Phone. Walau awalnya hanya untuk urusan pekerjaan, namun jari rasanya gatal untuk browsing yang lain - lain di I Phone. Keren banget, dengan ruas jari kita, layar bisa diperbesar dan diperkecil. Segala macam installer juga saya jelajahi. Hasilnya, games dan aplikasi2 oke dengan tampilan sesuka hati saya. Horeeeee....

Tapi eng ing eng, waktu tagihan pulsa datang, saya mendadak nggak lagi cinta mati sama produk canggih ini. Bayangin... 1,2 juta dalam 2 minggu saja.... GPRS keterlaluan.... duhhh, cape deh.... Akhirnya, fungsi internet di I Phone ini jarang banget saya pakai. Dan handphone canggih saya ini akhirnya kembali ke kodrat semula. Terima telpon... sms... nelpon... terima sms... begitu terus... Fiuuuhhh... percuma deh, kerjaan nggak terbantu dengan punya I Phone. Tapi demi pulsa murah, saya tahan - tahanin tidak membuka semua page yang menghubungkan ke internet.

Lalu, demam berganti. BB alias Blackberry datang merajai pasar. Sayapun tergoda. Bentuk yang keren, layanan yang murah, dan yang terpenting bisa internet-an sepuas hati... Pingiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn....

Lalu saya berpikir. Terus berpikir lagi. Menimbang. Menimbang lagi. Saya memang bukan orang yang mudah termakan keinginan. Butuh waktu untuk memutuskan bagi saya, termasuk untuk memilih handphone seperti ini. Dan saya memutuskan kalau keinginan punya BB adalah nafsu sesaat. Sepertinya nggak terlalu perlu deh ya... setidaknya tidak untuk saat ini. Great, Putri...

Sampai kemarin, tagihan pulsa saya datang. Hah!!! Apa - apaan nih... Kapan gue make' GPRS lagi??? Kok bisa, tagihan sampai 800 ribu... Oh no! Nggak bisa nih begini, Blackberry... here I come...

program pemerintah: asi eksklusif

Sehari sebelum kemarin, saya diwawancara oleh Trans 7. Kali ini bukan wawancara tentang pekerjaan, atau gadget yang saya pakai sehari - hari. Kali ini tentang ibu menyusui.

Berhubung sedang bangga - bangganya jadi ibu baru, saya semangat mau ditemui buat wawancara. Saya cerita semua pengalaman saya, kesulitan produksi asi, dan berbagai usaha saya supaya Damas bisa memperoleh yang terbaik semampu saya.

Berhubung juga penasaran gimana tampang saya di TV sekarang (yang masih belum sukses menurunkan 10 kg dari sebelum melahirkan)... saya bela - belain bangun pagi dan nongkrongin muka saya sendiri (hehehehe, narsis nih ye...)

Mulai Desi Ratnasari dan Adi Nugroho on air, saya mengikuti alur program dengan seksama. Ternyata, hari ini mereka membahas tentang asi eksklusif. Hmmm, mulai curiga nih... Segmen demi segmen berjalan, dan mulailah mereka memberi intro pada segmen saya, tentang wanita pekerja yang masih menyusui.

Deg! Pertama, kesan saya adalah: KOK MUKAKU PIPI SEMUA GITU YA.... Huaaaaa... tapi bukan itu sih yang penting. Mereka memotong statement saya, seolah saya mengatakan bahwa memberi asi EKSKLUSIF sambil bekerja itu sulit dan perjuangan, tapi mungkin dilakukan. Mereka memotong statement2 lainnya. Intinya, sepanjang 1 jam acara itu, mereka seperti corong pemerintah yang menggalakkan asi eksklusif selama 6 bulan pertama masa bayi lahir.

Which is, hmmm... bagus - bagus saja sih. Tapi sebenarnya, bukan itu yang saya mau bagi. Bukan itu cerita saya. Saya ingin berbagi betapa inginnya saya memberi asi eksklusif, tapi ternyata produksi asi saya sangaaaaaaaattttttt sedikit. Saya ingin bercerita kalau ada ibu - ibu seperti saya, yang diluar kehendaknya sendiri, ternyata tidak mampu memberikan asi full buat buah hatinya sepanjang 6 bulan seperti yang diharapkan.

Saya ingin bercerita, kalau saya terpaksa menambahkan susu formula buat anak saya yang amat sangat saya cintai, karena asi yang saya hasilkan kurang untuknya, bahkan sejak ia lahir ke dunia ini. Segala daun dan sayur sayuran, bahkan yang segar atau sudah dijadikan kapsul, saya lahap demi asi untuk yang tercinta. Namun, nyaris tidak ada manfaatnya buat saya.

Dengan segala keterbatasan saya, saya ingin menunjukkan bahwa saya tetap memberi asi sampai saat ini, walau campur dengan susu formula, bahkan walau sampai perih sekali tiap kali menyusui, karena Damas bisa mengosongkan pundi asi saya dalam sekejap mata, namun belum puas dan menangis hingga menyayat hati.

Ketika kembali bekerja, perjuangan saya bertambah sulit, namun saya tidak berhenti. Sepanjang malam sejak pulang kantor, hingga kembali berangkat ke kantor, Damas menyusu pada saya. Tak sepenuhnya, karena jumlahnya memang tak seberapa. Tapi saya sadar, setetespun berpengaruh besar untuk kesehatannya. Dan saya bertekat untuk menyusuinya, terus hingga tetes terakhir asi ada pada diri saya.

Saya bukan ibu asi ekskusif. Bukan. Namun saya mencintai anak saya dengan amat sangat. Saya tetap memberi yang terbaik buat anak saya. Selalu. Tentang apapun juga. Jadi jangan pernah mengecilkan arti keibuan saya, hanya karena saya tidak BISA memberi asi eksklusif untuknya.

Kamis, 20 November 2008

Cari - cari rumah

Cari rumah ternyata lebih rumit dari cari pacar, cari keadilan, atau cari mati... hehehe... (nggak segitunya juga sih)... rasanya itu sih yang sekarang ini sedang saya rasakan... pusingnya sampai ke ubun - ubun.

Pertama, mengumpulkan informasi. Lokasi, harga, akses, jarak tempuh, fasilitas, juga developernya siapa. Buseeet, ternyata perumahan baru di pelosok Jakarta (sebenarnya sih nggak di Jakarta ya, mampunya baru pinggiran soalnya) banyak banget jumlahnya. Sampai bingung sendiri. Tumpukan brosur harga dan denah bertebaran di kamar, sampai - sampai rasanya informasi yang terlalu banyak ini justru nggak ada gunanya.

Kedua, soal survey ke lokasi. Paling susah sebenarnya adalah menentukan waktu berkunjung. Bagi pasangan muda yang baru punya 1 BAYI, mencari waktu yang cocok bukan perkara sepele. Pas jadwal kosong, anak moodnya nggak enak. Kejadian deh, nggak jadi pergi. Lagi mood anak bagus, hujan deras. Waduh, nggak tega juga ninggalin ibu mertua di rumah hujan - hujan gini. Kalau mati lampu gimana. Kalau bocor? Wah, ribet bener ya...

Setelah akhirnya sukses menengok beberapa lokasi, kepusingan kami bukannya berkurang, malah bertambah berkali - kali lipat. Gimana nggak, mau ambil yang kecil kok ya kekecilan, yang besar dan sreg di hati kok ya nggak sreg di kantong... Ampuuuunnnnnn...

Akhirnya, kami berembuk. Dan berembuk. Berembuk lagi. Sampai sekarang belum jelas rencananya. Tuhan, bantu kami... karena cari - cari rumah ternyata lebih rumit dari cari pacar, cari keadilan, atau cari mati... hehehe... (BENERANNNNNN)

Katakan dengan cinta

Tunggu dulu ya... ini bukan judul reality show... ini bener - bener curahan hati saya hari ini.
Kadang - kadang, seperti yang terjadi hari ini, saya tiba - tiba emosional. Seorang rekan kerja membuat saya kesal (di email), dan saya marah karenanya (di email juga). Setelah itu dia menjawan, saya balas, di menjawab, saya balas, dia menjawab. Sampai kali ini, saya diam sejenak... Oh, ini toh maksudnya... yang jelas dong mas, kalau menyampaikan sesuatu. Kasih tahu dari awal kek, bikin spaneng aja... Hmmm, email saya berikutnya berubah gaya (lucu ya, kalimat bisa menunjukkan maksud dan perasaan di hati)... saya jadi lebih santun, santai, dan membalas dengan tenang. Dia membalas lagi (kayanya sih masih agak kesel)... tapi sudahlah, memang maksud yang sama bisa bermakna ganda. Untuk hasil yang terbaik dan menguntungkan kedua belah pihak, saran saya, katakan dengan cinta...

Rabu, 19 November 2008

sebuah catatan tentang memaafkan...

pagi ini saya tertegun ketika membaca sebuah shout out: learn to forget and forgive... hmm... kepala saya langsung mengingat - ingat adakah keadaan yang memaksa saya untuk learn to forgive and forget.

Rasanya, seumur - umur saya hanya pernah sekali sulit memaafkan, yaitu pada mantan pacar. Tanpa perlu membeberkan kerangka ceritanya apalagi menyebutkan orangnya, saya mengalami masa yang sangat sulit untuk memaafkan. Bertahun - tahun setelah saya tidak bersamanya, bahkan setelah menemukan cinta sejati saya, maaf itu tak kunjung saya relakan. Marah, kecewa, dan sakit hati dibalut gengsi yang tinggi, membuat saya sangat anti memaafkan. Saya jadi pahit padanya. Tanpa sadar, saya ingin segala nasib jelek terjadi padanya. Perasaan yang sangat mengerikan. Sampai suatu hari menjelang pernikahan saya, saya terhenyak sadar. Tuhan telah memberikan yang terbaik buat saya. Dan itu bukan dia. Ketika tidak bersamanya, saya bisa menemukan yang terindah untuk hidup saya sendiri. Segala tembok itupun runtuh. Sayapun menulis selembar email padanya. Saya memaafkan, dengan segenap hati saya.

Namun sebangga - bangganya saya pada diri sendiri karena mampu memaafkan, proses diberi maaf sekaligus memaafkan diri sendiri, adalah hal yang jauh lebih sulit bagi saya. Suatu saat, saya berbuat salah pada suami (saat itu masih pacar)... salah yang sangat - sangat dalam, dan sangat - sangat menyakitkan buatnya. Juga tanpa perlu merinci urutan masalahnya, saya sadar kalau kesalahan saya tak mudah termaafkan. Namun, Tuhan memang menyediakan pribadi terhebat untuk menemani saya. Ia yang penuh dengan amarah dan perih, memaafkan saya. Sungguh - sungguh memaafkan. Sejak saat itu sampai kini (bahkan saya yakin sampai kapanpun), tak pernah diungkitnya kesalahan saya. Salah saya sudah masuk tong sampah. Ia mengerti arti memaafkan, ia mengamini sebuah maaf.

Kedua peristiwa ini mengubah hidup saya. Kesalahan - kesalahan, baik yang saya buat maupun diperbuat orang lain terhadap saya, menjadikan saya terasah dalam hidup. Sedikitpun saya tidak lupa segala penyebab maaf itu terungkap, bahkan sampai ke detil - detilnya. Walau maaf sudah terucap, saya merasakan peristiwa - peristiwa itu terjadi sebagai pelajaran yang tak kan terulang, dan tak ingin saya ulang. Saya mengingatnya sebagai pertanda bahwa kini saya telah bermetamorfosa menjadi pribadi yang lebih baik, lebih matang, dan lebih terarah.

Memaafkan memang esensi terpenting dari umat manusia. Sama seperti berbuat salah, yang adalah inti dari sifat manusiawi. Kita memang harus memaafkan.

Namun, melupakan... tidak... dengan melupakan, kita tak belajar... learn to forgive, yes... but don't forget...

Hari Bahagia (my song)

Kududuk disini berdua denganmu, bahagia hatiku berbunga untukmu

Tak pernah terbayang bersanding denganmu, hari ini esok sepanjang hayatku

T'lah kita lewati rintang yang menghadang, t'lah kita cermati beda yang menghalang

Dan kita temui jalan yang membentang, kekuatanku ada bila tanganmu genggam

Reff:

Dan s'karang ku t'lah jadi milikmu, tak ada lagi yang kan ganggu kisahku dan kamu

Kuyakin tak kan habis cintaku untukmu, s'luruh hasrat pun jiwa dan ragaku

Dan kini ku t'lah jadi milikmu, walau susah dalam senang trus ada disisimu

Yang terbaik t'lah diberi Yang Kuasa padaku, kan kujaga setia seumur hidupku

Cinta

Adalah cinta

yang membuat harimu sedikit lebih mudah

memberikan tentram dalam gelisah

dan menjadikan kelemahanmu sempurna

Adalah cinta

yang menyatukan kita

Mama

ada saat...

dimana langkahmu selalu menyertai...

kala di masa kecil kami...

tiap pagi, kau hangatkan hati dengan senyum dan ciummu...

ada saat...

dimana rindu ini begitu menggila...

waktu dari jauh sana...

kau berikan tanganmu untuk menopang diri kami...

saat ini...

ketika putri kecilmu melangkahi masanya yang masih baru...

dan hadirmu tak ada...

kinilah kau paling terasa, mendampingi kami...

karena cinta yang kau pupuk dalam hidup kami...

ternyata tlah diam lama, tenang dan hidup nyata dalam relung jiwa ini...

we love you so very much, mama dear...

Love will...

some say

love will conquer all...

it will survive in all trials

the most important thing is love itself

But love

won't worth a thing...

if it's just promise, if it's only words

no struggle, no place to go

Love does not have meaning

if it is just what you think you feel...

if it is what you pretend to be

imajinary

love will have it's essence

when you live it day to day

what cost you a cry and present you a smile

and if it has a goal planned together...

called a future...

am i happy...

kalau ada yang berharap di bintang terangmu...

are you happy?

kalau ada yang mengenang lama, tak hilang - hilang..

are you happy?

kalau ada yang tlah miliki pengganti, tapi masih menginginkanmu..

are you happy?

senangkah..

sedihkah..

tidak.. hanya nggak mau terima..

but why?

beside, without any of them, you are already trully happy ..

nunggu

menunggu itu kan nggak penting...

ditunggu juga nggak...

apa lagi buat hal yang nggak pasti...

ya, yang nggak diingini...

ya, yang nggak boleh diingini...

biar sehari, sebulan, setahun...

apalagi sampai bertahun - tahun...

buat apa, kalau emang nggak pasti...

tapi kalau yang menunggu dan ditunggu kau sayangi... gimana...

sama aja kali ya, namanya kan tetep nggak pasti...

ah... masa bodo lah...

liat aja nanti... cause what ever will be, will be...

anniversary poem

empat tahun....

bukan waktu yang singkat tuk mengenalmu

bukan waktu yang sebentar tuk mengertimu

bukan waktu yang sedikit tuk mencintaimu

segala aral tlah kita terjang di kurun lama itu

segala salah paham tlah mereda

segala khilaf tlah dikubur mendalam

sayangku....

seluruh hatiku ada untukmu

hari ini, esok, dan kapan nanti

tak sabar aku, menunggu waktu abadi itu datang segera

bersamamu, seumur hidupku....

happy anniversary mas....

God must have been loving me so much...

God must have been loving me so much...
for He is granting me with the most lovable family He has...
with a sweet mommy and an exellent daddy...
and a precious little princess who is now building her own perfect family, like ours...

God must have been loving me so much...
for He is providing me a good, very comfort life...
not too much, but completed...
everything seems to be there, whenever I need it...

God must have been loving me so much...
for He is giving me many best opportunities in life...
in study... in work... and socially...
so I can grow to be a terrific young lady...

God must have been loving me so much...
for He is protecting me with a beautifull future...
with someone dear to hold me tight...
to comfort me, and support me...

God must have been loving me so much...
for I am blessed...
abundantly...

thank You,dear Lord...

Dia

Mengapa dia jadi pelabuhan terakhirku?

Walau dia tidak hadiahi mawar dengan cara yang tak terlupakan

Tidak juga dikatakannya, akan ada disisiku dalam ada dan tiada

Dia tidak beri perhiasan dan barang-barang paling ternama

Tidak katakan aku yang paling dipuja dalam nada-nada buatannya

Juga tidak dia angankan aku dalam fana yang tak ada

Mengapa dia?

Karena kerling perhiasan dan wangi bunga melebihi kebutuhanku

Dan makna cinta lebih dari sebentuk lagu dan sekalimat janji

Buatku, romantisme, materi, dan puji puja mereka hampa

Yang mereka cintai, hanya kulitku semata

Yang kan hilang nanti, berganti untai uban di rambut ini

Mengapa dia?

Karena saat kujatuh dia datang segera, tak sempat lagi berjanji

Dan dia yang tidak sempurna adalah satu-satunya yang bisa mencintaiku dengan realita

Ketika aku menyakitinya, dia membuka hatinya

Mengerti, mengasihi, dan menggenapi hidupku dalam setiap ketidaksempurnaan yang kumiliki

Cinta

Adalah cinta

yang membuat harimu sedikit lebih mudah

memberikan tentram dalam gelisah

dan menjadikan kelemahanmu sempurna

Adalah cinta

yang menyatukan kita

Cinta

Adalah cinta

yang membuat harimu sedikit lebih mudah

memberikan tentram dalam gelisah

dan menjadikan kelemahanmu sempurna

Adalah cinta

yang menyatukan kita

Hari Bahagia (my song)

November, 2008

Kududuk disini berdua denganmu, bahagia hatiku berbunga untukmu

Tak pernah terbayang bersanding denganmu, hari ini esok sepanjang hayatku

T'lah kita lewati rintang yang menghadang, t'lah kita cermati beda yang menghalang

Dan kita temui jalan yang membentang, kekuatanku ada bila tanganmu genggam

Reff:

Dan s'karang ku t'lah jadi milikmu, tak ada lagi yang kan ganggu kisahku dan kamu

Kuyakin tak kan habis cintaku untukmu, s'luruh hasrat pun jiwa dan ragaku

Dan kini ku t'lah jadi milikmu, walau susah dalam senang trus ada disisimu

Yang terbaik t'lah diberi Yang Kuasa padaku, kan kujaga setia seumur hidupk

Senin, 17 November 2008

Laki - laki dalam hidupku...



Sepanjang hidupku,
hanya 3 laki - laki yang sungguh berdiam di relung jiwaku...

papa...
sosok terkuat yang membimbing langkahku,
namun juga sosok terlembut yang paling mengerti diriku,
bahkan saat akupun tidak mengerti tentang diriku sendiri

mas Aji...
kekasih sejatiku,
ia yang tak berhenti mencintaiku,
bahkan saat aku tak bisa mengasihi diriku sendiri

Damas...
cinta mama,
laki - laki kecil yang membuatku menyadari,
bahwa kebahagiaan bisa datang dari hal yang paling sederhana

Kalian adalah kekuatanku...
penyeimbang batinku...
penghalau sedihku...
laki - laki terbaik untukku...

Soal mimpi...



November, 2008

Saya punya banyak mimpi.
Saya ingin punya rumah sendiri, yang minimal sama besarnya dengan rumah dimana saya dibesarkan.
Saya ingin bisa menjadwalkan perjalanan ke luar negri bersama Bapak dan Damas, paling tidak setahun sekali.
Saya ingin bisa membelikan rumah untuk mama dan papa.
Saya ingin bisa melanjutkan sekolah ke jenjang S2, dan kalau Tuhan berkenan, S3
Dan yang terpenting, saya ingin Damas bisa mendapatkan semua yang terbaik dalam hidup. Pendidikan, wawasan, pengalaman, cinta, kebahagiaan, dan harapan.

Tak ada satupun mimpi saya yang harganya murah. Dan saya tahu, di masa sulit seperi saat ini, memenuhi semua mimpi ini rasanya seperti menginjak fatamorgana. Di titik ini, saya kemudian tersadar. Masa depan adalah mimpi. Tentu, saya bisa menurunkan mimpi. Walau hidup terus berjalan, saya akan selalu dipenuhi angan. Seandainya... Hmm, seandainya... Sebuah kata tak bermakna. Dan saya tak ingin menurunkan mimpi. Saat ini, mimpi bukan sekedar bayang - bayang semu... Mimpi adalah rencana...

And I'm going to start making them come true, on step at a time...



(Song : Dream is A wish)
a Dream is a wish your heart makes
when you're fast to sleep
in dreams, you will loose your heartbeat
whatever you wish for, you dream
have faith in your dreams and someday
your rainbow will come smiling through
no matter how your heart is grieving
if you keep on believing
the dreams that you wish
will come true...

Kamis, 13 November 2008

Mencontoh dari yang sempurna


November, 2008

Sejak memutuskan untuk menikah, saya merasa bahwa saat ini adalah saatnya mewujudkan sebuah keluarga yang sempurna. Saya tahu, punya keluarga yang sempurna tidak mudah. Saya banyak mendengar (dan melihat) contoh - contoh pasangan yang tidak berhasil mewujudkannya. Bahkan saya tahu kalau banyak orang yang menganggap bahwa tidak ada keluarga yang bisa sempurna. Tapi buat saya, punya keluarga yang sempurna sangat realistis. Sama sekali bukan sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan. Karena, saya dilahirkan dalam sebuah keluarga yang sempurna.

Hubungan mama dan papa sangat hangat, dan mereka tidak malu menunjukkannya kepada siapa saja. Sebelum berangkat bekerja, pulang bekerja, saat telpon - telponan (intinya setiap saat), mereka tak pernah melupakan kalimat 'i love you' untuk pasangannya. Saya tahu mereka tak selalu sekata, tapi mereka selalu menyelesaikan setiap masalah tanpa membiarkannya berlarut - larut. Mereka bukan saling mengalah, tapi mereka saling mengerti. Dalam setiap pertengkaranpun, saya melihat mereka berbicara dengan landasan cinta. Dan hebatnya, mereka bertumbuh dalam cinta mereka. Sampai dewasa kini, tak ada sedikitpun keraguan saya kalau papa lebih mencintai mama saat ini dibanding ketika menikah hampir 30 tahun lalu, begitu juga sebaliknya. Saya percaya, kekuatan hubungan merekalah yang melandasi kesempurnaan keluarga kami.

Cara mereka merangkul anak-anak, saya dan Priska, juga luar biasa. Keluarga kecil kami, hampir tidak pernah pergi dalam formasi yang tidak lengkap. Di gereja, keluarga Rahartana dikenal karena biasa bernyanyi berempat. Papa pegang gitar sambil ambil suara tenor, Priska suara 1, mama suara 2, dan saya suara 3. Mama dan papa setia mengantar kami berdua dengan seabrek kegiatan tanpa lelah. Lomba melukis, lomba puisi, latihan paduan suara, rekaman sampai pagi, lomba menyanyi... semua selalu dilakukan sama - sama. Priska yang jauh lebih 'gaul' dari saya diantar dan ditunggui papa semalaman waktu mau dugem pertama kali. Sampai kuliah, saya tidak malu dipangku papa atau mama di tempat - tempat umum. Apalagi dicium mereka di depan teman - teman, buat saya itu kebanggaan yang luar biasa. Kita berempat biasa tidur sekamar sampai besar, dan bertukar cerita sampai larut malam. Tak sekalipun kami berdua menerima pukulan, teriakan, dan cemooh. Dalam cinta inilah kami tumbuh. Dan cinta inilah yang membuat kami sangat dekat satu sama lain.
Banyak teman yang merasa bahwa keluarga kami 'aneh'. Ketika mendengarnya, saya selalu tersenyum, merasa kasihan. Mereka tak terbiasa melihat cinta meluap begitu banyaknya.

Dan kini, ketika Tuhan memutuskan agar keluarga kami tinggal berjauhan (mama papa di Amerika, keluarga Priska di Jerman, dan keluargaku di Jakarta), ikatan itu sudah begitu erat, dan hati kami selalu dekat.

Keluarga kami bukan tak pernah dihadang masalah. Demi mewujudkan impian Priska buat melanjutkan kuliah ke Jerman, mama papa harus menggadaikan rumah. Ditambah lagi, mereka pernah mengalami kerugian yang sangat besar ketika tertipu dalam berinvestasi. Kini, mereka memutuskan untuk tetap bekerja setelah pensiun, demi berbagai mimpi yang masih ada di depan mata. Dalam keterbatasan dan kekurangan yang ada, mereka memperjuangkan yang terbaik buat anak - anaknya. Bukan dengan modal uang, tapi dengan cinta yang sepenuh nyawa.
Saat Priska harus menikah karena mengandung baby Joel, mama papapun sangat bijaksana. Tak ada teriakan amarah, apalagi benci. Kecewa mama papa tak berlama - lama, berganti dukungan penuh buat mereka. Dan baby Joelpun lahir dalam cinta yang utuh... Saat saya memutuskan untuk menikah dengan Aji yang berbeda keyakinan, mama papa memberikan dukungan yang tak kurang besarnya. Mereka menunjukkan bahwa mereka percaya pada keputusan saya. Kesedihan terberat adalah oleh karena keadaan, mereka berdua tidak dapat mendampingi pernikahan saya maupun Priska. Tuhan menguji cinta kami, dan mama papa melalui (seperti biasa) dengan sempurna.

Saya tidak tahu kemana hidup akan membawa saya dan suami, serta bayi kecil kami kelak. Tapi yang saya tahu pasti, cinta mereka yang telah mengakar dalam di diri saya akan terus berkembang dalam keluarga kecil kami sendiri. Semoga kami bisa memiliki keluarga kecil yang sempurna, seperti kami selalu mencontoh dari yang sempurna.

notes:
I love you all so much Mama, Papa... Mbak sayaaaaaaaaaang banget sama kalian berdua...