Jumat, 21 November 2008

Antara kebutuhan dan keinginan

Waktu lagi demam I Phone, saya bener - bener kepingin banget sama gadget yang satu ini. Padahal, saya bukan penggemar berat produk Apple. Iming - iming bisa puas ber-internet ria menjadi salah satu daya tarik yang utama buat saya waktu itu, disamping teknologinya yang memang lucu dan menarik buat mata.

Maka, sayapun membeli 1 set I Phone, yang demi harga yang lebih murah, dititipkan mama ke seorang teman saat pulang ke Indonesia. yes, I have it!!!! Minggu - minggu pertama memakai I Phone, saya merasa jadi yang paling keren sedunia. Biarpun masih belajar aplikasi - aplikasinya, ditambah latihan ngetik sms yang super sulit, saya merasa puas berganti handphone. Dan seperti tujuan utama saya memilikinya, saya memuaskan diri berinternet ria dengan I Phone. Walau awalnya hanya untuk urusan pekerjaan, namun jari rasanya gatal untuk browsing yang lain - lain di I Phone. Keren banget, dengan ruas jari kita, layar bisa diperbesar dan diperkecil. Segala macam installer juga saya jelajahi. Hasilnya, games dan aplikasi2 oke dengan tampilan sesuka hati saya. Horeeeee....

Tapi eng ing eng, waktu tagihan pulsa datang, saya mendadak nggak lagi cinta mati sama produk canggih ini. Bayangin... 1,2 juta dalam 2 minggu saja.... GPRS keterlaluan.... duhhh, cape deh.... Akhirnya, fungsi internet di I Phone ini jarang banget saya pakai. Dan handphone canggih saya ini akhirnya kembali ke kodrat semula. Terima telpon... sms... nelpon... terima sms... begitu terus... Fiuuuhhh... percuma deh, kerjaan nggak terbantu dengan punya I Phone. Tapi demi pulsa murah, saya tahan - tahanin tidak membuka semua page yang menghubungkan ke internet.

Lalu, demam berganti. BB alias Blackberry datang merajai pasar. Sayapun tergoda. Bentuk yang keren, layanan yang murah, dan yang terpenting bisa internet-an sepuas hati... Pingiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn....

Lalu saya berpikir. Terus berpikir lagi. Menimbang. Menimbang lagi. Saya memang bukan orang yang mudah termakan keinginan. Butuh waktu untuk memutuskan bagi saya, termasuk untuk memilih handphone seperti ini. Dan saya memutuskan kalau keinginan punya BB adalah nafsu sesaat. Sepertinya nggak terlalu perlu deh ya... setidaknya tidak untuk saat ini. Great, Putri...

Sampai kemarin, tagihan pulsa saya datang. Hah!!! Apa - apaan nih... Kapan gue make' GPRS lagi??? Kok bisa, tagihan sampai 800 ribu... Oh no! Nggak bisa nih begini, Blackberry... here I come...

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Memang serba sulit, keinginan blum tentu menjadi kebutuhan, eeee, malah yang dibutuhkan nggak kesampaian, he he he.
Itulah hidup memang penuh mistery.

Anonim mengatakan...

Kikikikik bye bye iphone....walaupun punya keduanya kayaknya hatiku mulai berat sebelah deh hahahah

Anonim mengatakan...

Idihhh kok komen gw jd anonim ya?
Mbak nov