Jumat, 21 November 2008

program pemerintah: asi eksklusif

Sehari sebelum kemarin, saya diwawancara oleh Trans 7. Kali ini bukan wawancara tentang pekerjaan, atau gadget yang saya pakai sehari - hari. Kali ini tentang ibu menyusui.

Berhubung sedang bangga - bangganya jadi ibu baru, saya semangat mau ditemui buat wawancara. Saya cerita semua pengalaman saya, kesulitan produksi asi, dan berbagai usaha saya supaya Damas bisa memperoleh yang terbaik semampu saya.

Berhubung juga penasaran gimana tampang saya di TV sekarang (yang masih belum sukses menurunkan 10 kg dari sebelum melahirkan)... saya bela - belain bangun pagi dan nongkrongin muka saya sendiri (hehehehe, narsis nih ye...)

Mulai Desi Ratnasari dan Adi Nugroho on air, saya mengikuti alur program dengan seksama. Ternyata, hari ini mereka membahas tentang asi eksklusif. Hmmm, mulai curiga nih... Segmen demi segmen berjalan, dan mulailah mereka memberi intro pada segmen saya, tentang wanita pekerja yang masih menyusui.

Deg! Pertama, kesan saya adalah: KOK MUKAKU PIPI SEMUA GITU YA.... Huaaaaa... tapi bukan itu sih yang penting. Mereka memotong statement saya, seolah saya mengatakan bahwa memberi asi EKSKLUSIF sambil bekerja itu sulit dan perjuangan, tapi mungkin dilakukan. Mereka memotong statement2 lainnya. Intinya, sepanjang 1 jam acara itu, mereka seperti corong pemerintah yang menggalakkan asi eksklusif selama 6 bulan pertama masa bayi lahir.

Which is, hmmm... bagus - bagus saja sih. Tapi sebenarnya, bukan itu yang saya mau bagi. Bukan itu cerita saya. Saya ingin berbagi betapa inginnya saya memberi asi eksklusif, tapi ternyata produksi asi saya sangaaaaaaaattttttt sedikit. Saya ingin bercerita kalau ada ibu - ibu seperti saya, yang diluar kehendaknya sendiri, ternyata tidak mampu memberikan asi full buat buah hatinya sepanjang 6 bulan seperti yang diharapkan.

Saya ingin bercerita, kalau saya terpaksa menambahkan susu formula buat anak saya yang amat sangat saya cintai, karena asi yang saya hasilkan kurang untuknya, bahkan sejak ia lahir ke dunia ini. Segala daun dan sayur sayuran, bahkan yang segar atau sudah dijadikan kapsul, saya lahap demi asi untuk yang tercinta. Namun, nyaris tidak ada manfaatnya buat saya.

Dengan segala keterbatasan saya, saya ingin menunjukkan bahwa saya tetap memberi asi sampai saat ini, walau campur dengan susu formula, bahkan walau sampai perih sekali tiap kali menyusui, karena Damas bisa mengosongkan pundi asi saya dalam sekejap mata, namun belum puas dan menangis hingga menyayat hati.

Ketika kembali bekerja, perjuangan saya bertambah sulit, namun saya tidak berhenti. Sepanjang malam sejak pulang kantor, hingga kembali berangkat ke kantor, Damas menyusu pada saya. Tak sepenuhnya, karena jumlahnya memang tak seberapa. Tapi saya sadar, setetespun berpengaruh besar untuk kesehatannya. Dan saya bertekat untuk menyusuinya, terus hingga tetes terakhir asi ada pada diri saya.

Saya bukan ibu asi ekskusif. Bukan. Namun saya mencintai anak saya dengan amat sangat. Saya tetap memberi yang terbaik buat anak saya. Selalu. Tentang apapun juga. Jadi jangan pernah mengecilkan arti keibuan saya, hanya karena saya tidak BISA memberi asi eksklusif untuknya.

Tidak ada komentar: